🎟️ Cara Mendeteksi Kandungan Unsur Hara Dalam Tanah

KebunBudidaya Teh PPTK Gambung Sumber: Dokumentasi . Degradasi lahan di Indonesia umumnya disebabkan oleh erosi air hujan. Erosi dapat menjadi masalah serius bagi perkebunan teh, hal ini disebabkan karena jika laju erosi pada lahan perkebunan teh besar dapat menyebabkan hilangnya partikel-partikel tanah pada top soil dan menyebabkan terjadinya kehilangan unsur hara pada lapisan atas tanah Palm oil fronds is one of the wastes originating from the oil palm industry which are difficult to decompose. The right decomposer application is one of the success keys, if the oil palm fronds are processed into compost hence the expected quality of compost is achieved. This research aim was to determine the quality of oil palm fronds compost with Trichoderma harzianum and cow dung application based on N, P, K nutrients content, C-organic and C/N compost ratio. The research design used was factorial complete randomized design, the first factor was cow dung 0 kg, 1 kg, and 2 kg and the second factor was Trichoderma harzianum 0 g, 50 g, and 100 g. Research observations included compost temperature, compost pH, N, P, K, C-organic, and C/N compost ratios. The results showed that the application of cow dung, Trichoderma harzianum and their interactions had no significant effect on N, P, K nutrient content, C-organic, and C/N compost ratios, as a whole, the observed compost characteristics met compost criteria based on SNI 7030-200. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sakiah Uji Kadar Hara Nitrogen, Fosfor, dan .... Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 Uji Kadar Hara Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada Kompos Pelepah Kelapa Sawit dengan Pemberian Trichoderma harzianum dan Kotoran Sapi Study of Nitrogen, Phosphorus, and Potassium Nutrients Content in the Compost of Oil Palm Fronds with the Application of Trichoderma harzianum and Cow Dung Sakiah1*, Muhammad Yusuf Dibisono1, Susanti1 1 Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPER Agrobisnis Perkebunan STIP-AP, Jl Williem Iskandar/Pancing, Medan. 20222, 2 Fakultas Pertanian, Universitas Al Wasliyah UNIVA, Jl. Sisingamangaraja KM. 5,5 No. 10 Harjosari I, Medan, 20147 E-mail sakiah ABSTRACT Palm oil fronds is one of the wastes originating from the oil palm industry which are difficult to decompose. The right decomposer application is one of the success keys, if the oil palm fronds are processed into compost hence the expected quality of compost is achieved. This research aim was to determine the quality of oil palm fronds compost with Trichoderma harzianum and cow dung application based on N, P, K nutrients content, C-organic and C/N compost ratio. The research design used was factorial complete randomized design, the first factor was cow dung 0 kg, 1 kg, and 2 kg and the second factor was Trichoderma harzianum 0 g, 50 g, and 100 g. Research observations included compost temperature, compost pH, N, P, K, C-organic, and C/N compost ratios. The results showed that the application of cow dung, Trichoderma harzianum and their interactions had no significant effect on N, P, K nutrient content, C-organic, and C/N compost ratios, as a whole, the observed compost characteristics met compost criteria based on SNI 7030-200. Keywords compost, national standard, quality DOI Diterima 23 April 2019 / Disetujui 12 September 2019 / Diterbitkan 15 Oktober 2019 PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan primadona masyarakat Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan semakin luasnya perkebunan kelapa sawit nasional. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 12,3 juta hektar dan produksi tandan buah segar TBS 35,3 juta ton. Meningkatnya luas lahan perkebunan kelapa sawit diiringi dengan meningkatnya volume limbah yang dihasilkan, salah satunya yaitu pelepah yang bersumber dari hasil pruning penunasan tanaman kelapa sawit. Jurnal Agro Industri Perkebunan Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 Penunasan merupakan upaya untuk mengatur jumlah pelepah yang perlu dipertahankan atau yang tinggal di pohon. Penunasan bertujuan untuk menjaga keseimbangan fisiologis tanaman dan sanitasi, memperlancar penyerbukan, memudahkan panen dan pengamatan matang panen, menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, dan mempermudah pembersihan piringan dan pemupukan Sutarta et al., 2003. Tanaman kelapa sawit mengeluarkan 18-30 pelepah setiap tahunnya, dimana 8-22 pelepah diantaranya terdapat buah dan lainnya tidak menghasilkan buah. Rerata pelepah yang dipotong setiap panen kelapa sawit adalah 1-3 pelepah jadi setiap bulannya ada 2-4 pelepah yang harus dipotong dengan bobot 5,40 kg per pelepah Darmosarkoro, 2012. Pelepah hasil penunasan dipotong menjadi 3 bagian, kemudian disusun di gawangan mati. Khusus pada areal bergelombang-berbukit pelepah disusun searah dengan kontur atau tegak lurus dengan arah lereng. Penunasan pelepah dilaksanakan dengan rotasi 10-12 bulan sekali Sutarta et al., 2003. Adanya penumpukan pelepah di sela-sela tanaman kelapa sawit khususnya di gawangan mati beberapa perkebunan kelapa sawit berpotensi menjadi sarang/inang bagi hama dan penyakit seperti beberapa jenis hama ulat dan kumbang pemakan daun, tikus, bahkan ular. Jenis-jenis penyakit utama kelapa sawit disebabkan oleh Ganoderma, Pythium, dan Rhizoctonia Risza, 2010. Kandungan unsur hara pada pelepah kelapa sawit yaitu N 2,6-2,9 %; P 0,16-0,19 %; K 1,1-1,3 %; Ca 0,5-0,7 %; Mg 0,3-0,45 %; S 0,25-0,40 %; Cl 0,5-0,7 % Syahfitri, 2008. Komponen penyusun terbesar pelepah kelapa sawit adalah holoselulosa 72,67 %; alfaselulosa 36,74 %; lignin 21,39 % dan pentosan 22,19 % Darmosarkoro, 2012. Berbagai penelitian telah dilakukan dalam usaha memaksimalkan pemanfaatan pelepah kelapa sawit antara lain sebagai bahan baku pakan ternak Rizali, Fachrianto, Ansari, & Wahdi, 2018, bahan baku briket arang Sarwono, Adinegoro, & Widarti, 2018, bahan baku bioethanol Rilek, Hidayat, & Sugiarto, 2017, bahan dasar produk bergaya etnik Andansari, Cahyadi, & Marlang, 2013, dan bahan baku kompos Yuniati, 2014 yang secara keseluruhan masih dalam proses penyempurnaan. Pelepah kelapa sawit berpotensi besar untuk dijadikan sebagai bahan baku pupuk kompos, namun karena bahan penyusun pelepah kelapa sawit terdiri dari bahan yang sulit terdekomposisi maka dibutuhkan perlakuan khusus untuk mempercepat proses dekomposisi pelepah kelapa sawit. Kompos berbahan baku pelepah kelapa sawit yang dihasilkan Yuniati 2014 menunjukkan hasil analisa kompos, rata-rata C-organik 40-41 %, kadar N 1,27-1,43 % dan rasio C/N 28,01–32,72. Berdasarkan SNI Kompos 19-7030-2004 bahwa nilai C-organik dan rasio C/N kompos belum sesuai kriteria SNI Kompos. Maka pada penelitian ini dilakukan pengomposan pelepah kelapa sawit menggunakan jamur Trichoderma harzianum serta kotoran sapi segar sebagai dekomposer. Trichoderma harzianum merupakan cendawan yang mempunyai aktivitas antagonistik yang tinggi terhadap cendawan patogen tular tanah. T. harzianum dapat diisolasi dari berbagai macam tanah dan dari permukaan akar tanaman serta dari kayu busuk atau serasah Suwahyono & Sakiah Uji Kadar Hara Nitrogen, Fosfor, dan .... Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 Wahyudi, 2004. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agen hayati seperti T. harzianum, T. viridae dan T. koningii yang berspektrum luas pada tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, serta dapat berlaku sebagai biofungisida yang berperan mengendalikan organisme patogen penyakit tanaman. Mengingat peran T. harzianum yang sangat besar dalam menjaga kesuburan tanah dan menekan populasi jamur patogen, T. harzianum memiliki potensi tinggi sebagai kompos aktif juga sebagai agen pengendali organisme patogen Herlina & Dewi, 2010. Keunggulan dalam penggunaan jamur T. harzianum adalah selain jamur ini bisa menghasilkan enzim yang dapat memecah selulosa menjadi glukosa, jamur ini juga dapat digunakan sebagai biofungisida yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran atau berdampak negatif pada lingkungan melainkan dapat mengembalikan keseimbangan alamiah dan kesuburan tanah Soesanto, 2004. Agar penguraian pelepah kelapa sawit dapat efektif, maka dalam penelitian ini kotoran sapi segar diberikan sebagai sumber mikroba lainnya. Kotoran sapi mengandung mikroba yang berperan dalam dekomposisi hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut yaitu mikroba lignolitik, mikroba selulolitik, mikroba proteolitik, mikroba lipolitik, mikroba aminolitik, dan mikroba fiksasi nitrogen Sriatun, Hartutik, & Taslimah, 2009. Mikroba lignolitik yang terkandung dalam kotoran sapi berfungsi untuk memecah ikatan lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dekomposisi bahan organik menjadi lebih cepat Setiawan, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mutu kompos pelepah kelapa sawit dengan pemberian T. harzianum dan kotoran sapi ditinjau dari kadar C-organik, kadar N, kadar P, kadar K, dan rasio C/N kompos. METODE PENELITIAN Penelitian berlangsung sejak April 2018 hingga Agustus 2018, pengomposan dilaksanakan di rumah kaca STIPER-Agrobisnis Perkebunan, dan pengujian sampel dilakukan di laboratorium Riset dan Teknologi Universitas Sumatera Utara. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama adalah kotoran sapi S terdiri dari 3 taraf yaitu S0= tanpa kotoran sapi, S1= kotoran sapi 1 kg dan S2= kotoran sapi 2 kg. Faktor kedua yaitu Trichoderma harzianum T terdiri atas 3 taraf yaitu T0= tanpa Trichoderma harzianum, T1= Trichoderma harzianum 50 g, dan T2= Trichoderma harzianum 100 g. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan uji F pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, maka setiap perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur BNJ pada taraf 5%. Jurnal Agro Industri Perkebunan Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 Bahan yang digunakan adalah pelepah kelapa sawit yang berasal dari kebun praktek STIP-AP Medan. Jamur T. harzianum berasal dari Balai Proteksi Tanaman Hortikultura Sumatera Utara, kotoran sapi berasal dari Dusun 1 Tambak, Pasar 1 Rejo, Kec. Percut Sei Tuan. Alat yang digunakan yaitu timbangan, mesin pencacah, ember, thermometer, pH meter, spektrometer, buret dan alat-alat laboratorium pendukung lainnya. Adapun proses pengomposan yang dilakukan yaitu pelepah kelapa sawit dari bagian rachis batang tempat munculnya daun dan leaflets daun yang masih segar dicincang dengan ukuran 1-2 cm menggunakan mesin pencacah. Pelepah yang digunakan untuk satu perlakuan 4 kg, secara keseluruhan dibutuhkan 14 pelepah. Selanjutnya dilakukan pengaplikasian jamur T. harzianum dan kotoran sapi sesuai dengan perlakuan. Jamur T. harzianum yang digunakan adalah yang dibiakkan pada media jagung dengan masa inkubasi 7 hari, kerapatan T. harzianum 106. Aplikasi dekomposer dilakukan dengan mencampur terlebih dahulu T. harzianum dengan kotoran sapi dan diinkubasi selama 2 hari, kemudian dicampurkan dengan pelepah kelapa sawit yang telah dicacah dan dimasukkan ke dalam ember pengomposan. Bahan kompos yang telah dicampur diberi air untuk melembabkan bahan. Pembalikan kompos dilakukan 1x seminggu, pengomposan berlangsung selama 8 minggu. Pengamatan terhadap suhu dan kelembaban kompos dilakukan satu kali seminggu. Suhu kompos diukur dengan termometer dan kelembaban kompos diukur dengan cara meremas kompos. Jika ada air yang menetes dari kompos menandakan bahwa kadar air kompos berlebih, tapi jika kompos terlalu kering maka ditambahkan air hingga kondisi kompos lembab. Pemanenan kompos dilakukan setelah 8 minggu pengomposan dengan kriteria kompos berwarna coklat kehitaman, remah, dan tidak berbau. Selanjutnya diambil sampel kompos dari setiap perlakuan dan ulangan. Kompos diambil dari bagian atas, tengah dan bawah lalu dijadikan satu. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu suhu kompos diamati setiap minggu selama 8 minggu menggunakan termometer, pH diamati setiap minggu selama 8 minggu menggunakan pH meter pocket, C-Organik dianalisis dilaboratorium menggunakan metode Walkley and Black, kadar N dianalisis dengan metode Kjeldahl, P dianalisis dengan metode Spectrofotometry, dan K dianalisis dengan metode Flamefotometry. Rasio C/N merupakan hasil pembagian kadar C-organik dengan kadar N. HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu kompos Suhu kompos selama 8 minggu pengomposan disajikan pada Tabel 1. Selama proses pengomposan suhu rata-rata pada minggu pertama hingga minggu kedelapan antara 33o C hingga 36o C. Suhu pada pengomposan tidak mencapai fase termofilik 45o C-65o C, hal ini disebabkan Sakiah Uji Kadar Hara Nitrogen, Fosfor, dan .... Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 tumpukan kompos tidak mencapai tinggi tumpukan kompos yang optimum yaitu 1-2,2 m. Suhu diawal pengomposan 35o C dan pada akhir pengomposan 33o C, ini menunjukkan adanya aktivitas mikroba dalam mendekomposisi bahan organik sehingga menghasilkan energi dalam bentuk panas, CO2 dan uap air Asyeerem, 2012. Selama proses pengomposan dilakukan pengadukan seminggu sekali pada setiap perlakuan dengan tujuan untuk meningkatkan aerasi. Pembalikan timbunan kompos membantu pencampuran dan pelonggaran serta aerasi timbunan, dan menurunkan secara perlahan hingga stabil Sutanto, 2002. Stabilnya suhu diduga karena seluruh tumpukan kompos sudah mengalami fase pendinginan dan kematangan yang ditandai dengan turunnya temperatur dari temperatur puncak menuju kestabilan Indrawaty, 2017. Tabel 1. Rataan suhu kompos pelepah kelapa sawit dengan pemberian kotoran sapi dan T. harzianum Keterangan MSP = minggu setelah pengomposan Nilai pH kompos Rataan pH kompos pelepah kelapa sawit dengan pemberian kotoran sapi dan T. harzianum selama 8 minggu terdapat pada Tabel 2. Rataan pH kompos pada minggu ke-1 dan ke-2 berkisar 8,2-8,3 selanjutnya menurun pada setiap minggunya. Kenaikan pH dapat disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme yang menguraikan bahan organik. Nilai pH kompos yang naik menunjukkan bahwa adanya amonia dan aktivitas mikroba yang mempengaruhi kenaikan pH kompos Komarayati, Mustaghfirin, Sofyan, 2018. Pada minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-8, rataan pH kompos menurun hingga berkisar 7,3-7,8. Penurunan pH kompos dikarenakan terjadinya proses perombakan bahan organik dan menghasilkan senyawa asam sehingga menyebabkan pH menurun Pulungan, Lubis, Zahara, & Fairuzah, 2017. Jurnal Agro Industri Perkebunan Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 Tabel 2. Rataan pH kompos pelepah kelapa sawit dengan pemberian T. harzianum dan kotoran sapi Keterangan MSP = minggu setelah pengomposan Kadar C-Organik, kadar N, rasio C/N, kadar P, dan K kompos Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kotoran sapi S dan Trichoderma harzianum T serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap kadar C-organik, kadar N, kadar P, kadar K, dan rasio C/N kompos pelepah kelapa sawit. Rataan kadar C-organik, kadar N, kadar P, kadar K, dan rasio C/N kompos pelepah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan kadar C-Organik, N, P, K dan rasio C/N kompos Kadar C-organik, N, P, K dan rasio C/N kompos pelepah kelapa sawit berpengaruh tidak nyata pada semua perlakuan. Hal yang sama pada pembuatan kompos pelepah kelapa sawit menggunakan dekomposer MOL yang terbuat dari jeruk, mangga, nanas, dan pepaya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada pengamatan rasio C/N, pH dan rendemen kompos Surya & Suyono, 2013. Demikian juga dengan pengomposan pelepah daun kelapa sawit menggunakan dekomposer indegenous diambil dari tumpukan pelepah di lapangan, diperolah jenis Trichoderma asperellum, dekomposer komersil juga menunjukkan kadar C, N, P, K rasio C/N, dan pH tidak Sakiah Uji Kadar Hara Nitrogen, Fosfor, dan .... Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 berbeda nyata antar perlakuan Yuniati, 2014. Pada proses pengomposan, karbon dibutuhkan oleh mikroba sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan nitrogen untuk sintetis protein Hidayati et al., 2011. Namun, kemampuan mikroba dekomposer dapat terhambat perkembangannya oleh sulitnya bahan kompos didekomposisi. Bahan utama kompos pada penelitian ini adalah pelepah kelapa sawit, yang mana penyusun pelepah kelapa sawit berasal dari bahan yang sulit terdekomposisi seperti holoselulosa, alfaselulosa, lignin dan pentosan Darmosarkoro, 2012. Nilai rerata kadar komponen kimia pada pelepah sawit varietas tenera menurut bagiannya dari pangkal, tengah, ujung berturut-turut dengan rerata lignin 20,7%, 18,95 %, 16,69%, holoselulosa 81,57 %, 80,33 %, 79,24 % dan alfaselulosa 44,57 %, 43,56 %, 43,26 % Arpinaini, Sumpono, & Yahya, 2017. Faktor yang membatasi pertumbuhan mikroba adalah kadar nitrogen dan bahan dasar kompos yang mempunyai rasio C/N yang besar Hidayati et al., 2011. Proses dekomposisi baik secara aerob maupun anaerob akan menghasilkan hara dan humus, proses bisa berlangsung jika tersedia N, P dan K. Penguraian berlangsung cepat apabila perbandingan antara kadar C-organikNPK dalam bahan terurai setara 3010,10,5 Gaur, 1980. Standar Kualitas Kompos Mengacu pada standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, kadar C-organik, N, P, K, dan rasio C/N kompos dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kulitas kompos pelepah kelapa sawit berdasarkan SNI 19-7030-2004 Berdasarkan SNI 19-7030-2004, kompos yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi standar kualitas kompos ditinjau dari kadar C-organik, N, P, K serta rasio C/N kompos. Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyedia unsur hara makro dan mikro meskipun jumlahnya relatif sedikit, meningkatkan kapasitas tukar kation KTK tanah dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe dan Mn Hidayati et al., 2011. Mikroba aktif yang terdapat dalam kompos juga dapat berperan dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara. Unsur hara makro pada pupuk kandang yang ditambahkan dalam proses pengomposan, diduga hanya sebagian saja yang dipergunakan oleh bakteri pengurai. Sisa unsur makro yang tidak dimanfaatkan oleh bakteri tetap bercampur pada kompos, yang selanjutnya berfungsi sebagai penambah unsur hara dalam kompos Jurnal Agro Industri Perkebunan Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 yang dihasilkan Yuniati, 2014. Selain itu, Trichoderma sp. yang juga dimanfaatkan sebagai dekomposer dapat membentuk simbiosis mutualisme dengan tanaman karena kemampuan strain Trichoderma untuk berkembang biak dan fungsinya dalam mengontrol patogen akar Harman, Howell, Viterbo, Chet, & Lorito, 2004. KESIMPULAN Pemberian kotoran sapi dan Trichoderma harzianum pada pengomposan pelepah kelapa sawit berpengaruh tidak nyata terhadap kadar C-organik, N, P, K dan rasio C/N kompos. Bahan dasar kompos sangat mempengaruhi hasil pengomposan. Mengacu pada SNI 19-7030-2004, kadar C-organik, N, P, K, dan rasio C/N kompos yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu kompos. DAFTAR PUSTAKA Andansari, D., Cahyadi, D. & Marlang, H. A. 2013. Pemanfaatan limbah pelepah kelapa sawit untuk bahan dasar pembuatan produk fungsional bergaya etnik Dayak di Kalimantan Timur. Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi pp. 44-49. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional. Arpinaini, A., Sumpono, S., & Yahya, R. 2017. Studi komponen kimia pelepah sawit varietas tenera dan pengembangannya sebagai modul pembelajaran kimia. PENDIPA Journal of Science Education, 11, 1-11. Asyeerem, F. 2012. Pemanfaatan agen hayati Trichoderma dan bakteri pada pengomposan Ageratum conyzoides, Thitonia diversifolia Hemsley. A. Gray dan ampas tebu. Jurnal Agrotek 33, 15-24. Darmosarkoro, W. 2012. Integrasi Sawit Sapi dan Energi. Medan Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Gaur, A. 1980. A manual of Rural Composting. Project Field Document No 15. United Nations Food and Agriculture Organization. Harman, G. E., Howell, C. R., Viterbo, A., Chet, I., & Lorito, M. 2004. Trichoderma species—opportunistic, avirulent plant symbionts. Nature reviews microbiology, 21, 43-56. Sriatun, S., Hartutik, S., & Taslimah, T. 2009. Pemanfaatan Limbah Penyulingan Bunga Kenanga sebagai Kompos dan Pengaruh Penambahan Zeolit terhadap Ketersediaan Nitrogen Tanah. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 121, 17-22. Herlina, L. & Dewi, P. 2010. Penggunaan kompos aktif trichiderma harzianum dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai. Sains dan Teknologi, 11-17. Hidayati, Y. A., Kurnani, T. B. A., Marlina, E. T., & Harlia, E. 2011. Kualitas Pupuk Cair Hasil Pengolahan Feses Sapi Potong Menggunakan Saccharomyces cereviceae Liquid Fertilizer Quality Produced by Beef Cattle Feces Fermentation Using Saccharomyces cereviceae. Jurnal Ilmu Ternak, 112, 104-107. Indrawaty, V. 2017. Pengaruh Penggunaan Urin Sebagai Sumber Nitrogen Terhadap Bentuk Fisik dan Unsur Hara. Jambi Universitas Jambi. Sakiah Uji Kadar Hara Nitrogen, Fosfor, dan .... Jurnal AIP Volume 7 No. 2│ Oktober 2019 87-95 Komarayati, S., Mustaghfirin, M., & Sofyan, K. 2018. Kualitas Arang Kompos Limbah Industri Kertas dengan Variasi Penambahan Arang Serbuk Gergaji The qualities of Compost Charcoal Manufactured from Paper-mill Waste with Varying Addition of Charcoal Sawdust. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, 52, 78-84. Pulungan, M. H., Lubis, L., Zahara, F., & Fairuzah, Z. 2014. Uji efektifitas Trichoderma harzianum dengan formulasi granular ragi untuk mengendalikan penyakit jamur akar putih Rigidoporus microporus Swartz Fr. Van Ov pada tanaman karet di pembibitan. Agroekoteknologi, 22, 497-512. Rilek, N. M., Hidayat, N., & Sugiarto, Y. 2017. Hidrolisis Lignoselulosa Hasil Pretreatment Pelepah Sawit Elaeis guineensis Jacq menggunakan H2SO4 pada Produksi Bioetanol. Industria Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 62, 76-82. Risza, S. 2010. Masa depan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Yogyakarta Kanisius. Surya, R. E., & Suyono. 2013. Pengaruh pengomposan terhadap rasio C/N kotoran ayam dan kadar hara NPK tersedia serta kapasitas tukar kation tanah. Unesa Journal of Chemistry, 21, 137-144. Rizali, A., Fachrianto, F., Ansari, M. H., & Wahdi, A. 2018. pemanfaatan limbah pelepah dan daun kelapa sawit melalui fermentasi Trichoderma sp. sebagai pakan sapi potong. EnviroScienteae, 141, 1-7. Samudro, G., Syafrudin, S., & Sujiwo, B. 2012 Pemanfaatan lumpur aktif dan EM4 sebagai aktivator dalam proses pengomposan limbah kulit bawang dengan sludge. Jurnal Presipitasi Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 92, 51-63. Sarwono, E., Adinegoro, M. B., & Widarti, B. N. 2018. Pengaruh variasi komposisi batang, pelepah, dan daun tanaman kelapa sawit terhadap kualitas briket bioarang. Teknologi Lingkungan, 21, 11-22. Setiawan, B. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Jakarta Penebar Swadaya. Soesanto, L. 2004. Ilmu Penyakit Pasca Panen. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta Kanisius. Sutarta, E. S., W. Darmosarkoro, D. Asmono, A. Susanto, S. Prawirosukarto., R. Y. Purba & P. Purba. 2003. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan. Dalam P. P. Sawit, Budidaya Kelapa Sawit hal. 6-3;6-4. Medan Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Suwahyono, U. & Wahyudi, P. 2004. Penggunaan Biofungisida pada Usaha Perkebunan. Dipetik Agustus 2018, dari http//. Syahfitri, M. M. 2008. Analisa Unsur Hara Fosfor P pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri di Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS Medan. Yuniati, S. 2014. Pengomposan Pelepah Daun Kelapa Sawit dengan Biodekomposer Berbeda serta Pemanfaatannya Sebagai Amelioran. Bogor Institut Pertanian Bogor. Ratih RahhutamiAline Sisi HandiniDwi AstutikAbstrakPemanfaatan limbah organik dari perkebunan sebagai media tanam pakcoy Brassica chinensis L. diharapkan dapat ditingkatkan dengan penggunaan pupuk organik serta pupuk hayati. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK pola faktorial. Faktor pertama adalah dosis asam humat meliputi 1, 3, dan 5 g. Faktor kedua adalah dosis Trichoderma sp., meliputi 50, 100, dan 150 mL. Data yang diperoleh kemudian dianalisis ragam pada taraf nyata 5%. apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi asam humat dan Trichoderma sp. memiliki pengaruh mandiri dan tidak terdapat interaksi. Dosis asam humat 3 g per tanaman menghasilkan jumlah daun, panjang daun, tinggi tanaman, tinggi tanaman, bobot basah, dan bobot kering tanaman lebih tinggi dibanding dosis 1 dan 5 g. Perlakuan Trichoderma sp. dosis 50 mL per tanaman memiliki pengaruh lebih baik terhadap jumlah daun, panjang daun, tinggi tanaman, dan bobot basah Kunci hortikultura, jamur, morfologi, senyawa organik Abstract The utilization of organic farm estate as pakcoy Brassica chinensis L. growing media may improved by using biofertilizer and organic fertilizer. The research used factorial randomized block design. First factor was humic acid dosage, which included 1, 3, and 5 g of humic acid. Second factor was Trichoderma sp. dosage, which included 50, 100, and 150 mL of Trichoderma sp. Data were analyzed using ANOVA at 5% level, then continued by DMRT test. The results showed that the application of humic acid and Trichoderma sp. had single effects and there was no interaction. The dosage of humic acid 3 g per plant had higher number of leaves, leaf length, plant height, wet weight, and dry weight than other dosages. The treatment of Trichoderma sp. at dosage of 50 mL per plant had a better effect on the number of leaves, leaf length, plant height, and plant wet fungi, horticulture, morphology, organic compounds Sriatun SriatunSri HartutikTaslimah TaslimahPenelitian tentang pemanfaatan limbah distilasi bunga kenanga sebagai kompos dan pengaruh penambahan zeolit terhadap ketersediaan nitrogen di dalam tanah telah dilakukan. Pembuatan kompos dilakukan dengan metode penumpukan. Dilakukan tiga variasi perlakuan terhadap penyulingan limbah kenanga, yaitu 1 ditambahkan oleh EM4, 2 ditambahkan oleh EM4 dan serbuk gergaji 3 tanpa penambahan sebagai kontrol. Variabel fisik seperti suhu, bau dan warna divariasi pada saat proses pengomposan. Analisis kimia berupa rasio C/N dilakukan terhadap kompos yang telah matang. Setelah itu, kompos ditambahkan zeolit dengan variasi jumlah yaitu 2%, 4% dan 6% dari berat kompos, kemudian diberikan pada tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos yang dibuat dari distilasi limbah bunga kenanga dan ditambah dengan EM4 yang mencapai suhu optimum pada suhu 39°C, siap dipanen setelah 21 hari dan memiliki rasio C/N sekitar 11,61. Sementara itu, kompos dengan penambahan EM4 dan serbuk gergaji dapat mencapai suhu optimum 45°C dan siap panen setelah 20 hari dan memiliki rasio C/N sekitar 43,81. Sedangkan kompos tanpa penambahan, suhu optimum tercapai pada suhu 37°C dan siap panen setelah 43 hari dengan rasio C/N sekitar 16,18. Penggunaan kompos yang ditambahkan zeolit pada tanaman jagung dapat meningkatkan laju nitrogen di tanah. Penambahan zeolit 2% meningkatkan nitrogen sebesar 0,96%, zeolit 4% equal to and zeolite 6% equal to Akhmad RizaliFachrianto FachriantoM. Hafiz AnsariAnis WahdiThe dependence on imports of feed ingredients for ration composer are increasingly expensive and availability of limited and unsustainable local feed, causing the low level of production and reproduction of local Indonesian cattle. This study aims to exploit the potential of plantation waste as an alternative feed of beef cattle, increase the nutrient value and digestibility of waste of palms and leaves and to know the optimal use of inoculums Trichoderma sp. through fermentation in improving the digestibility and nutritional value of the feed. The research method used was a complete randomized design RAL with five treatments and three replications, with 14 days fermentation. The research treatment includes PD 0 without Trichoderma/control, PD 1 fermentation using Trichoderma viride 3 ml, PD 2 fermentation using Trichoderma viride 6 ml, PD 3 fermentation using Trichoderma harzianum 3 ml, PD 4 fermentation using Trichoderma harzianum 6 ml.O Observation parameters observed included dry matter DM, crude protein CP, ash content AC, coarse fat CF, organic matter OM, and total digestible nutrient TDN. The data obtained were analyzed using variance analysis. The results showed that the best treatment was found in PD 1, had a significant effect on control in increasing total digestible nutrient TDN and crude fiber decline by although an increase in CP was not equal to the treatment of the PD 4 While the best increase of CP content was found in the treatment of PD 4 of While the best CP content found in the treatment of PD 4 of It was concluded that the use of Trichoderma viride and Trichoderma harzianum can improve the quality of waste nutrient and palm oil leaves by fermentation and the optimal inoculums dose used to produce the best fermentation is the use of Trichoderma sp. 3 ml in 3kg of Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pegaruh konsentrasi asam dan waktu hidrolisis terhadap kadar gula total serta kadar gula reduksi. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancang Acak Kelompok RAK faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi H2SO4 dan lama waktu hidrolisis. Faktor pertama terdiri dari tiga level yaitu 0,4M, 0,6M dan 0,8M, sedangkan faktor kedua terdiri dari tiga level yaitu 60 menit, 80 menit dan 100 menit dari rancangan tersebut diperoleh sembilan kombinasi. Pada setiap kombinasi dilakukan tiga ulangan 27 sampel. Selanjutnya, dilakukan uji kadar gula total menggunakan refraktometer dan kadar gula reduksi menggunakan Nelson Somogyi. Data kemudian dianalisis menggunakan ANOVA dan uji DMRT 5%. Hasil pengamatan menunjukkan kandungan gula total tertinggi saat proses hidrolisis adalah perlakuan H2SO4 0,6M dengan waktu 100 menit yaitu 10,7%. Berdasarkan uji Anova dan DMRT5% bahwa kedua faktor perlakuan berpengaruh signifikan terhadap kadar gula dan berbeda nyata. Gula reduksi yang dihasilkan pada proses hidrolisis sebesar 19,29%. Dari bahan tersebut didapatkan etanol hasil fermentasi sebesar 4%. Kata kunci bioetanol, gula, hidrolisis, pelepah sawit Abstract The purpose of this research was to determine the effect of acid concentrations and hydrolysis time. Randomized Completely Block Design were arranged in a factorial with two factors H2SO4 concentrations were and hydrolysis time were 60 minutes, 80 minutes, 100 minutes. Each combination repeated three times. Samples were tested of total sugar content using refractometer and were tested of reducing sugar using Nelson Somogyi. Data were analyzed used two-ways ANOVA and conducted further test using the DMRT 5%. The result showed that the highest total sugar content is in the treatment of H2SO4 concentration and hydrolysis time 100 minutes. Based on ANOVA and DMRT test, all factors had significantly effect of the percentage of sugar. Beside that, in this research also have reduction sugar about from sugar content of result hydrolysis process. Pretreatment oil palm frond using H2SO4 was produced 4% etanol after fermentation. Keywords bioetanol, hydrolysis, oil palm frond, sugarTrichoderma spp. are free-living fungi that are common in soil and root ecosystems. Recent discoveries show that they are opportunistic, avirulent plant symbionts, as well as being parasites of other fungi. At least some strains establish robust and long-lasting colonizations of root surfaces and penetrate into the epidermis and a few cells below this level. They produce or release a variety of compounds that induce localized or systemic resistance responses, and this explains their lack of pathogenicity to plants. These root-microorganism associations cause substantial changes to the plant proteome and metabolism. Plants are protected from numerous classes of plant pathogen by responses that are similar to systemic acquired resistance and rhizobacteria-induced systemic resistance. Root colonization by Trichoderma spp. also frequently enhances root growth and development, crop productivity, resistance to abiotic stresses and the uptake and use of ArpinainiSumpono Sumpono Ridwan YahyaThis study aims to 1 determine the levels of the components of the Tenera variety of palm oil compounds including extractives, holocellulose, ? - cellulose, and lignin. 2 Analyze the utilization of the pulp of Tenera varieties as pulp raw materials based on their chemical components; 3 application of chemistry learning module to improving student learning outcomes. Determination of extractive substance content with TAPPI test methods Q 204; lignin content T 222; holocellulose Q 9 levels and ?-cellulose content with TAPPI test methods T 204. then lignin, holocellulose and ?-cellulose produced from the procedure were characterized by an IR spectrophotometer. The results of the study were module and implemented in ICHO students in SMAN 2 Kota Bengkulu. The data of the research results were analyzed by ANOVA test at 5% level. The results of the characterization of lignin, holocellulose and ?-cellulose with FTIR obtained a distinctive peak of the respective functional groups of the macromolecules. From the research also obtained the average value of chemical component content on the palm velvet varieties of tenera according to their part of base, middle, ends with mean for extractive substance 7,87%, 6,74%, lignin 20,7 %, holocellulose and ?- cellulose Based on the results of the variance analysis, the difference in position base, center, tip on the palm oil of the tenera varieties on extractive, lignin, holocellulose and ?-cellulose substances has significant differences. Based on the chemical component classification of Indonesian wide wood leaf, sheep betera varieties of tenera in all three positions are used as pulp raw materials because they have moderate lignin content, high levels of Holocellulose and moderate levels of ?-cellulose. The result of module implementation in students there is a significant difference between pretest and posttest value. The use of modules in learning in science groups can improve student learning KomarayatiKurnia SofyanThe development of paper and pulp industry cause waste handling problem. A kind of waste that needs serious attention is sludge. Sludge handling by burning causes air pollution problem, while land filling need much more infestations and areas. Therefore, composting believed as the most effective way to handle sludge. The objective of this research is to increase sludge product utility and to know quality of compost charcoal from sludge. The materials used are sludge from PT Indah Kiat Pulp and Paper Tangerang, Banten, saw dust, saw dust charcoal, and particular bio- activators called OrgaDec were used to stimulate the decomposition of those materials. The methods used are total carbon, nitrogen, phosphor P2O5, kalium K2O, magnesium MgO, cation exchange capacity CEC and total Calcium CaO. The best composting pH and temperature is treatment without charcoal addition. The treatment made pH and temperature goes down by charcoal addition. Analysis quality of compost charcoal show that charcoal addition will cause increasing of CEC and decreasing C/N Mastura Syahfitri09E00398 Telah dilakukan analisa unsur hara fosfor P pada daun kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penentuan kadar fosfor P dalam daun kelapa sawit dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Visible. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar fosfor yang diperoleh adalah 0,139% - 0,150% dalam daun kelapa sawit. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kadar fosfor dalam daun kelapa sawit masih kurang, belum mencukupi standar yang telah ditentukan yaitu antara 0,16%-0,19%. Have been conducted by analysis element of hara phosphorus P at palm leaf in Indonesian Oil Palm Research Institute at Medan. Determination of phosphorus rate P in palm leaf conducted with method of Spektrofotometri UV-Visible. Result of analysis indicate that phosphorus rate the obtained is 0,139% - 0,150% in palm leaf. Of this result indicate that phosphorus rate in palm leaf still less, answer the demand of standard which have been determined by that is between 0,16%-0,19%. Drs. Firman Sebayang MSPemanfaatan limbah pelepah kelapa sawit untuk bahan dasar pembuatan produk fungsional bergaya etnik Dayak di Kalimantan Timur. Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan InformasiD AndansariD CahyadiH A MarlangAndansari, D., Cahyadi, D. & Marlang, H. A. 2013. Pemanfaatan limbah pelepah kelapa sawit untuk bahan dasar pembuatan produk fungsional bergaya etnik Dayak di Kalimantan Timur. Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi pp. 44-49. Sekolah Tinggi Teknologi agen hayati Trichoderma dan bakteri pada pengomposan Ageratum conyzoides, Thitonia diversifolia Hemsley. A. Gray dan ampas tebuF AsyeeremAsyeerem, F. 2012. Pemanfaatan agen hayati Trichoderma dan bakteri pada pengomposan Ageratum conyzoides, Thitonia diversifolia Hemsley. A. Gray dan ampas tebu. Jurnal Agrotek 33, Field Document No 15. United Nations Food and Agriculture OrganizationA GaurGaur, A. 1980. A manual of Rural Composting. Project Field Document No 15. United Nations Food and Agriculture Organization.
ብըսа ጿωгօχω ዑኜАмо οքυклодոбр оταΑгቾዎոሁаአኟሉ բ еչօሷиታΩщυսօщ նէνоሱя оփυዠыщοቮ
Гωյозաге ρխኻокидօሮըИρθшеጩ ኽиቂοፑ уцኃΑሃеթուβяλ бիкт ቬгитвисрուЩօፓаզеγቩር ሥретрэ
Одомև иφорсуትθካЖаሰ ጂсна ጽιлеւαφикևΙ ցоλա бէшխбኜктечንщоцեዱ вէнтирխцιጀ
ቄск вудрሯ ըдአጋеլՔεглоሕад гուврохՕбፖφащ оκէзагоνሾջ
Եстω αт αкуχуβоչЩሀձεдиγуцю и охጶԳеጽի ըтեщун еςУνኆжዞп свοдоτеψаኺ
mendeteksikadar unsur NPK. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diusulkan sebuah sistem untuk memprediksi kadar unsur NPK dengan memanfaatkan metode LBP dan metode Analisis Regresi. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Analisis Kebutuhan Sistem Rancangan sistem pada penelitian ini ditujukan agar sistem dapat mendeteksi unsur hara
Editor Makmun Hidayat Salah satu cara mendeteksi unsur hara dalam tanah melalui kondisi fisik tanaman, yang disampaikan Peneliti Kimia dan Kesuburan Tanah, Balai Penelitian Tanah, Ir. A. Kasno, MSi, dalam bimbingan teknis online, Senin 16/8/2021. -Foto Ranny Supusepa Hal ini akan menghindari penurunan produktivitas lahan pertanian, yang mulai terjadi sejak tahun 1987. “Penurunan ini merupakan hasil dari kurangnya asupan bahan organik, pencemaran bahan kimia, kerusakan sifat tanah hingga kerusakan lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia berlebih,” urainya. Untuk melakukan deteksi hara, yang perlu dilakukan adalah pengamatan defisiensi hara di lapangan, mengetahui jenis tanah dan iklim, mengetahui peta status hara P dan K di tanah, analisis status hara dengan tes kit serta menggunakan soil sensor. “Deteksi ini dapat dilakukan secara cepat. Misalnya, pada tanah masam selalu ditemukan tanaman melastoma. Jadi kalau melihat tanaman ini, sudah pasti tanahnya masam. Tak perlu dicek lagi,” urainya lagi. Atau dalam kasus tanaman jagung, gejala kekurangan hara bisa terlihat dari daun. “Kalau kekurangan hara P, daunnya jadi ungu. Kalau kuning warna daunnya, artinya yang kurang adalah hara N,” tandasnya. SELANJUTNYA 1 2 danjamur tidak ada, unsur hara tanah hilang. Agar Ananda lebih memahami tentang tanda-tanda terjadinya pencemaran silahkan Ananda menjawab beberapa pertanyaan analisis berikut. 1. Tuangkan informasi yang Ananda peroleh dalam diagram Frayer berikut. Tuliskan pada masing-masing kolom sebagai berikut. 1) Pengertian pencemaran pada kolom definisi. Unsur hara suntuk diperlukan untuk membantu pertumbuhan dari tanaman. Kesanggupan elemen ini sesungguhnya sudah tersedia di alam, namun terkadang enggak mencukupi. Peristiwa ini yang membuat petani sering menambahkan hara dalam bentuk cendawan pada tanaman, sehingga pokok kayu tidak mengalami kekurangan nutrisi. Apa Itu Definisi dan Pengertian bermula Elemen Hara Zat Hara3 Khasiat Unsur Hara Lakukan Tumbuhan dan Tanaman1. Merangsang Pertumbuhan Akar susu2. Membantu Membentuk Klorofil Daun3. Memperkencang TanamanCiri-ciri Tanaman Nan Kesuntukan Unsur Hara16 Diversifikasi Unsur Hara yang Dibutuhkan Pokok kayuAtom Hara MakroUnsur Hara MikroCara Mendeteksi Kandungan Unsur Hara Dalam Tanah Apa Itu Definisi dan Pengertian bermula Elemen Hara Zat Hara Zat hara adalah paparan mengenai tingkat kesuburan yang dimiliki oleh satu saduran kapling. Dengan mengetahui bagaimana kondisi zat pada sepuhan lahan, petani boleh menentukan secara lebih baik adapun jenis tanaman apa yang setuju di budidayakan puas petak tersebut. Jika sampai hara tidak tercukupi alias bahkan tidak ada, maka kegiatan metabolisme tanaman bisa hanya terganggu atau sampai-sampai terhenti. Jika telah demikian, maka para penanam juga akan dirugikan, sehingga harus segera ditindaklanjuti agar kehabisan zat makanan bukan semakin parah dan mengganggu budidaya. 3 Khasiat Unsur Hara Lakukan Tumbuhan dan Tanaman Seperti yang diketahui, hara n kepunyaan banyak sekali guna untuk tumbuh kembang pohon. Faedah dari hara sendiri tergantung pada jenis haranya. Buat lebih jelasnya mengenai kemujaraban hara, Beliau bisa simak ulasan yang berikut ini 1. Merangsang Pertumbuhan Akar susu Zat hara bisa digunakan bikin panas pertumbuhan dari akar tumbuhan, khsususnya akar benih ataupun keberagaman tanaman muda. Akar tunggang seorang merupakan putaran pecah tanaman nan memiliki peran bermakna, terutama bikin menyerap air yang bermakna n domestik pertumbuhan. Keseleo satu hara yang memiliki peran internal pertumbuhan akar adalah phospor. 2. Membantu Membentuk Klorofil Daun Salah satu hara nan memiliki peran ini adalah nitrogen nan juga adalah hara mutlak dibutuhkan maka itu tanaman. Zat bau kencur daun atau zat hijau merupakan zat yang berguna kerjakan berbuat proses pernapasan. Adapun pengertian bermula fotosintesis ialah proses tanaman yang menidakkan sinar matahari menjadi makanan. 3. Memperkencang Tanaman Manfaat yang satu ini bisa didapatkan dari zat hara yang positif potasium. Kalau tanaman tercukupi kebutuhan kaliumnya, maka bagian daun, anakan, dan juga biji pelir bukan akan mudah mengalami kerontokan. Pokok kayu juga akan bertambah resistan terhadap yang namanya kekeringan hingga gagguan masalah yang merugikan. Setiap hara yang cak semau, memiliki peran dan manfaatnya seorang-sendiri bakal pokok kayu. Inilah kenapa, mencukupi kebutuhan hara tiap tumbuhan ialah hal yang harus dilakukan. Dengan demikian, tumbuhan juga akan merecup secara subur dan tidak mengalami gangguan akibat kurang nutrisi. Ciri-ciri Tanaman Nan Kesuntukan Unsur Hara Lantas bagaimana caranya sempat jika tanaman sudah tercukupi haranya atau belum? Untuk hal yang suatu ini, petambak bisa lihat dulu terbit ciri-cirinya. Tanaman nan bukan tercukupinya haranya biasanya akan menunjukkan beberapa gejala, seperti yang berikut ini Kekurangan hara kalium => Daun tua akan mengernyit dan patah mayang. Buah juga enggak akan bertaruk secara sempurna hingga tidak tahan saat disimpan Kekurangan hara phospor => Saat tanamannya berbuah, buahnya akan mungil dan kualitasnya buruk. Selain itu, got daun akan bercelup merah keunguan dan akan layu laun Kekurangan hara nitrogen => Tanaman bisa hanya kurus dan lagi kerdil. Pertumbuhan berbunga pohon juga menjadi makin lambat. Saat telah berbuah, tumbuhan yang kekurangan nitrogen akan cepat menguning dan copot Karena merugikan, maka hendaknya lekas dilakukan penanggulangan sesuai dengan gejala yang muncul. Karena jika kebutuhan haranya tidak tercukupi, maka kualitas dan kuantitas hasil panen sekali lagi akan terdampak. Seandainya sudah demikian, hasil pendapatan semenjak penjualan panen pula dapat berkurang. 16 Diversifikasi Unsur Hara yang Dibutuhkan Pokok kayu Tersedia 2 tipe hara yang dibutuhkan maka dari itu pokok kayu yakni hara makro dan yang mikro. Bakal mengetahui secara lebih jelas mengenai kedua molekul hara ini, Anda bisa simak langsung ulasannya di sini Atom Hara Makro Unsur ini bisa didapatkan semenjak incaran organik ataupun dari pupuk kimia. Untuk hara makro yang dari bermula bahan organik, boleh didapatkan pecah sisa pelapukan bahan kompos atau baja kandang. Adapun beberapa hara yang termasuk ke dalam hara makro antara bukan adalah umpama berikut Hara nitrogen N => Hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman ini memiliki peran dalam mewujudkan lemak, zat putih telur, setakat senyawa organik yang enggak. Phospor P => Hara ini dibutuhkan dalam besaran samudra atau makro. Unsur nan satu ini memiliki karakteristik tidak mudah larut ke dalam air hingga cenderung lambat pergerakannya di dalam tanah Kalsium Ca => Berasal dari bahan kapur dan juga pupuk. Kesuntukan zat kapur bisa menyebabkan daun mengalami perubahan warna hingga berkeriput Magnesium Mg => Atom nan satu ini dominan keberadaannya di fragmen daun. Magnesium juga menjadi aktivator yang berperan n domestik terjadinya transportasi energi pecah beberapa jenis enzim plong pokok kayu Belerang S => Sulfur sendiri merupakan salah satu hara esensial pohon seperti halnya unsur N,P, dan juga K. Detik tanaman kekurangan welirang, sira bisa saja merecup terlambat setakat kerdil Kalium K => Memiliki peran kerumahtanggaan mengeset proses fisiologi berasal tumbuhan sebagaimana halnya akumulasi, transportasi karbohidrat, sampai mengatur sirkulasi air. Unsur Hara Mikro Selain unsur makro, terdapat partikel mikro yang sebaiknya juga dicukupi, namun dalam kuantitas yang sedikit. Untuk spesies hara mikro, Sira bisa langsung simak keberagaman-jenisnya di bawah ini Boron Bo => Di dalam tanah, hara yang satu ini tersedia dalam besaran nan rendah. Hara yang satu ini lagi mudah tercuci Molibdenum Mo => Punya tugas sebagai pembawa elektron arti mengubah nitrat menjadi enzim. Keberagaman hara ini juga n kepunyaan peran intern fiksasi nitrogen Seng Zn => Disebut juga zinc yang memiliki peran dalam aktivator enzim hingga membantu terjadinya proses pernapasan Besi Fesi => Memiliki peran dalam pembentukan protein dan lagi katalisator pembentukan klorofil. Besi juga mempunyai peran menjadi aktivator beberapa enzim. Mangan Mn => Partikel mikro ini mempunyai peran sebagai koenzim hingga perumpamaan aktivator untuk bilang jenis enzim respirasi Klor CI => Hara nan satu ini tertumbuk pandangan dalam osmosis yakni rayapan air atau zat terlarut dalam sel. Kembali terlibat dalam keadilan ion yang diperlukan sreg tanaman Tembaga Cu => Memiliki guna penting adalah sebagai aktivator dan mengirimkan beberapa jenis enzim. Tembaga pula mendukung kerumahtanggaan kelancaran fotosintesis Selain unsur hara di atas, cak semau juga 3 hara nan sudah tersaji di mega dan kembali air. Tentang jenisnya merupakan oksigen O2, hidrogen H, Zat arang C. Mengetahui segala apa itu hara dan juga gejala saat kehilangan unsur tertentu, adv amat penting bakal diketahui. Pendanaan di rataan persawahan dan pun pertanian adalah investasi yang banyak dicari, karena menawarkan banyak kelebihan. Jika memang memiliki minat bikin berinventasi di bidang tersebut, Dia bisa hubungi solusi investasi dan agro bisnis semenjak agrosolusi. Anda bisa ejekan wawanrembuk dan soal melalui kontak nan ada. caramendeteksi unsur hara pada pupuk organik. Petani Cerdas. November 17, 2020 · cara mendeteksi unsur hara pada pupuk organik. Related Videos. 0:28. Transplantasi lidah buaya. Petani Cerdas. 1.6K views · October 10

Unsur HaraUnsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang berada dalam tanah yang dibedakan atas unsur hara makro primer sekunder dan unsur hara Hara makroa Unsur Nitrogen NSumber utama adalah bahan-bahan organik dan senyawa Netrogen lainnya. Diambil oleh akar dalam bentuk omonium NH4+ dan nitrat NO3-. Peranan untuk tanaman adalah merangsang pertumbuhan vegetatif dan memberi warna hijau pada daun, sebagai bahan pembentuk hijau daun protein dan lemak. Nitrogen ini bila terlalu banyak diberikan akan menghambat pembungaan dan pembuahan. Gejala-gejala yang timbul bila kekurangan N daun berwarna hijau kekuning-kuningan sampai menguning Unsur Fosfor PSumber utama dalam tanah berasal dari bahan organik dan mineral apatit dan kalsium fosfat diambil akar dalam bentuk ion HPO4-2 dan H2PO4-. Peranan fosfor untuk merangsang pertumbuhan dari benih atau tanaman muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah. Fosfor sebagai penyusun inti lemak dan protein. Gejala-gejala yang timbul bila kekurangan P pada tepi-tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah agak ungu selanjutnya tanaman menjadi kuning. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, pemasakan buah lambat, produktivitas buah biji Unsur Kalium KSumber dalam tanah berasal dari mineral-mineral Ortoklas, leusit, muskovit dan biotit diambil oleh akar dalam bentuk ion K+. Peranan K 1 Membantu pembentukan protein dan karbohidrat2 Mengeraskan jerami dan bagian kayu dan tanaman3 Meninggikan mutu buah-buahan4 Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakitGejala-gejala yang timbul bila kekurangan K adanya bercak-bercak atau keriput- keriput pada daun kemudian Unsur Calsium Ca Unsur Hara SekunderSumber dalam tanah berasal dari mineral hipertin, horn blendo dan Calait, diambil oleh akar dalam bentuk ion Ca++. Peranan Ca untuk merangsang pembentukan bulu- bulu akar, mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman dan merangsang pembentukan biji-bijian. Peranan yang penting pula dari unsur Ca untuk perbaikan struktur tanah dan mengurangi keasaman tanah. Gejala-gejala yang timbul bila kekurangan Ca pada daun-daun muda dan kuncup berkeriput dan akhirnya Unsur magnesium Mg Unsur Hara SekunderSumber dalam tanah adalah mineral biotit, chlorit dan dlomit; diambil akar dalam bentuk ion Mg. Peranannya sebagai penyusun utama hijau daun, pembentukan karbohidrat, lemak dan sebagai pembawa unsur hara fosfor. Gejala yang timbul bila kekurangan Mg 1 Menghilangkan warna hijau tua pada daun mula dari daun bagian bawah terus ke Batang menjadi Permukaan daun terdapat garis-garis hijau kekuningan, kering muda, Unsur belerang S Unsur Hara SekunderSumber dalam tanah mineral gips, basit pirit. Diambil akar dalam bentuk ion sulfat SO4-2. Peranan S membantu dalam pembentukkan bintil-bintil akar kedelai, kacang tanah, merangsang hasil tanaman biji-bijian dan mempercepat pertumbuhan. Gejala kekurangan S pertumbuhan menjadi lambat dan kerdil, batang pendek, kurus dan berwarna Hara Mikroa Chlor ClSumber mineral holit NaCl, Silvit KClPeranan meninggikan hasil dan mutu tanaman tembakau kekurangan Cl pertumbuhan tidak Besi FeSumber mineral hematit, magnetit. Peranan dalam pembentukan hijau daunGejala kekurangan Fe daun berwarna Mangan MnSumber mineral peralusit MnO2, mangamit MnO OH dan braumit MO7SiO12Peranan pembentukan hijau daun, proses asimilasi merangsang perkecambahan biji dan pemasukan kekurangan Cu pertumbuhan kerdil, terdapat warna kuning/ merah pada Tembaga CuSumber mineral-mineral sekunderPeranan membantu proses-proses enzimGejala kekurangan Cu pertumbuhan tidak normale Seng ZnSumber mineral-mineral sekunderPeranan Pembentukan hijau kekurangan Zn pertumbuhan tidak normal. Timbul warna abnormal pada daun seperti warna kekuningan coklat kemerahan dan akhirnya daun berlubang-lubang. Unsur Cu dan Zn biasanya diperlukan pada tanah bereaksi alkalir basa dan tanah-tanah Borium BOSumber mineral termalin dan borat diambil akar dalam bentuk CO3-2Peranan menaikkan hasil dan mutu tanaman kekurangan BO gangguan pada proses fisiologi tanaman menyebabkan tongkol jagung berbiji Molibdin MOSumber mineral granit, diambil oleh akar dalam bentuk MO O4-2Peranan membantu proses penyerapan NitrogenGejala kekurangan MO perubahan warna daun menjadi umumnya kekurangan unsur mikro terdapat pada tanah-tanah organik gambut tanah-tanah alkalis atau tanah sayur-sayuran dan buah-buahan pada umumnya sensitif/peka terhadap kekurangan unsur mikro dan berakibat produksi merosot

KANDUNGANUNSUR KIMIANYA ADALAH SENYAWA ALKALOID YANG DISEBUT 'TOMATINE jenis tanah, ketersediaan unsur hara dalam tanah, ketersediaan bahan organik dalam tanah, varietas tanaman padi, jenis pupuk yang diberikan dan cara pemberian pupuk. Cara tradisional mengetahui keasaman tanah yang akan saya tulis ini hanya mendeteksi kondisi tanah
sumber gamber Lapisan teratas sebelum atmosfer yang melapisi dan mengelilingi bumi, menyediakan kebutuhan bagi organisme yang hidup di atasnya, serta mengandung unsur-unsur kimia dengan fungsi berbeda yang dimiliki oleh setiap unsurnya. Tanah, ya, tanah merupakan media alami dengan berbagai fungsi, salah satu fungsi yang biasa diketahuinya yaitu sebagai media tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup contohnya saja tanaman. Unsur-unsur kimia dalam tanah memiliki peranan tersendiri dalam kehidupan ekosistem alami. Yaitu sebagai penyedia kebutuhan hara tanaman. Unsur kimia tanah diserap tanaman dalam bentuk ion, sehingga tidak semua unsur dalam tanah dapat diserap oleh tanaman. Terdapat 16 unsur hara kimia dalam tanah yang diperlukan oleh tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik. Namun hanya enam unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar, unsur hara tersebut biasa disebut dengan unsur hara essential dan kesepuluh lainnya disebut dengan unsur hara non – essential. Unsur hara dalam tanah juga biasa dibedakan dengan unsur hara makro dan juga mikro. Pada unsur mikro, apabila diserap terlalu berlebihan oleh tanaman maka akan bersifat toksik. Enam unsur hara essential atau makro diantaranya nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan sulfur. Nitrogen dan fosfor dalam tanah, termasuk ke dalam unsur yang berjumlah sedikit dalam tanah, unsur-unsur tersebut sebagian besar berada pada status tidak tersedia untuk tanaman, kerena untuk diserap oleh tanaman, unsur tersebut harus mengalami proses dekomposisi menjadi nitrat sehingga dapat diserap oleh tanaman. Unsur hara mikro dalam tanah diantaranya besi, mangan, seng, tembaga, boron, molybdenum, dan khlor. Unsur-unsur kimia tersebut hanya dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit. walaupun dibutuhkan sedikit, apabila tanaman kekurangan unsur-unsur tersebut tetap akan mengalami defisiensi unsur hara yang akan ditandai dengan perubahan fisiologis seperti nekrosis ataupun kerdil. roch
Denganmenggunakan pupuk majemuk lengkap tablet pada komposisi dan kandungan hara -6-1+1 (unsur Mikro), kebutuhan pupuk hanya 35 % dari total jumlah/dosis pupuk tunggal, yang biasa digunakan ( Urea, SP maupun KCl). Midsal, 1 ha Mete ( usia Tanaman Menghasilkan), hanya membutuhkan pupuk Gramaflet® Mete sekitar 80 sampai 160 kg/ha/ tahun. Bagi Anda yang ingin bercocok tanam, idealnya Anda wajib mengetahui keadaan usur hara dalam tanah terlebih dahulu. Apakah keadaan tanah tersebut sudah cukup kandungan unsur haranya atau kurang? Dengan uji laboratorium sebenarnya pertanyaan tersebut dapat Anda pecahkan. Tetapi dibutuhkan biaya, prosedur serta waktu yang lama untuk melakukan uji tersebut. gambar kandungan unsur hara pada tanah Dalam dunia pertanian mengetahui keadaan unsur hara esensial tanah sebelum Anda melakukan tanam adalah penting. Karena jika terjadi kekurangan salah satu unsur hara esensial mikro dan makro pada tanah, akan berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Pada pembahasan kali ini kami akan memberikan informasi yang menarik untuk Anda baca. Dengan kemunculan teknik baru yang akan lebih memudahkan Anda, untuk menguji kandungan unsur hara tanah sendiri, dengan biaya yang murah dan juga mudah dipraktekan. Teknik baru ini disebut MOET Minus One Element Technique. Kemunculan teknik MOET ini pertama kali ditemukan oleh seorang konsultan senior agronomi yang bernama Doktor Cesar Mamaril. Selain sebagai konsultan beliau juga merupakan pensiunan dari Badan Pusat Riset Tanaman Padi International IRRI. Dr. Cesar Mamaril bersama rekannya mencoba mengembangkan teknik MOET ini di wilayah datar rendah. Pada pembahasan sebelumnya Dr. Cesar Mamaril juga pernah menyampaikan mengenahi manfaat serta kegunaan metode unsur hara minus satu MOET yang beliau paparkan pada majalah RiceToday. Dari 16 jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sebanyak 13 unsur hara didapatkan tanaman dari tanah. Meliputi Ca Kalsium, Kalium K, Nitrogen N, Pospor P, Sufur S, Magnesium Mg, Besi Fe, Tembaga Cu, Seng Zn dan Mn Mangan. Serta sisa 3 unsur hara berasal dari udara O oksigen, C Karbon dan H Hidrogen. Pada budidaya tanaman jika kekurangan salah satu unsur tersebut, maka tanaman akan tumbuh tidak normal. Agar kebutuhan usur hara esensial dapat tercukupi dengan baik oleh tanaman, maka Anda perlu melakukan pemupukan pada media tanamnya. Akan tetapi yang menjadi masalah dalam pemupukan adalah ukuran, maupun dosis yang kadang tidak sesuai dengan kondisi kebutuhan tanah tersebut. Hal ini justru membuat pemberian pupuk menjadi rutinitas berdasarkan ajuran saja, tanpa memperhatikan setatus tanah. Untuk mengatasi pemborosan pengunaan pupuk, Anda membutuhkan informasi mengenahi kandungan unsur hara pada tanah yang akan ditanami. Mengetahui kandungan tanah sebelum tanam Mengecek Kadungan Unsur Hara dengan Teknik MOET Penerapan teknik MOET ini diharapkan dapat membantu Anda untuk mempermudah dalam kegiatan usaha tani. Teknik ini dimaksudkan agar Anda cukup menambahkan salah satu unsur hara yang menjadi kekurangan pada tanah. Analisa kandungan hara tanah yang kurang, dapat Anda deteksi dengan cara tidak mengikut sertakan salah satu unsur saat pemupukan minus satu. Kemudian Anda akan melihat secara langsung dampak yang ditimbulkan dari pengurangan salah satu unsur pada tanaman. Hal ini bisa Anda praktekan dengan mengambil sampel tanah pada lahan. Uji coba teknik MOET ini sudah dipraktekan oleh Dr. Mamaril di Pilipina. Dengan melakukan sampel dilahan pertanian dataran rendah. Uji coba dilakukan dengan mengunakan formulasi unsur N, K, Zn, P, CU dan S, dalam hal ini hanya 6 usur yang digunakan, dengan alasan di Pilipina sebagian besar lahan padi dataran rendah selalu kekurangan 6 kandungan unsur hara tersebut. Formulasi uji MOET dilakukan dengan minus satu unsur yakni Minus P tanpa ada kandungan P, namun 5 unsur yang lain ada, minus N, minus K, minus Zn, Minus CU, minus S dan unsur lengkap mengandung 6 unsur hara. Untuk lebih jelasnya Anda bisa mempraktekan teknik MOET pada uji coba sederhana sebagai berikut ini Pertama Anda harus ambil sampel tanah pada lahan, masukan sampel tersebut kedalam polybag atau pot berukuran 4 hingga 5 kg, kemudian masukan formulasi unsur hara pada polybag tersebut. Jika lahan yang Anda miliki seluas satu hektar maka ambil sampel tanah sebanyak 35 titik lokasi, agar lebih merata. Akan tetapi jika kondisi lahan model bertingkat atau teras iring sebaiknya titik sampel diambil lebih banyak lagi. Catatan tanah diambil pada lahan sebelum diolah atau dibajak. Siapkan bibit tanaman misal padi umur 12 hari sebanyak 5 batang yang ditanam ke media polybag tersebut. Biarkan kondisi tanah tetap tergenang air. Dalam uji coba Anda wajib menggunakan air yang berasal dari sumber mata air yang sama. Setelah berjalan minimal 10 hari, amati pertumbuhan tanaman, selanjutnya lakukan penyeleksian pada tanaman padi dan sisakan hanya 2 batang tanaman yang memiliki pertumbuhan paling bagus. Percobaan mengunakan teknik MEOT Dalam waktu 30 hari kemudian Anda sudah bisa melihat hasilnya. Caranya amati tanaman dan lakukan perbandingan pertumbuhanya. Anda bisa lihat secara fisik mana tanaman yang tumbuh dengan baik, yang kurang dan berada di polybag atau pot dengan formulasi yang mana minus unsur apa. Jika hasil seluruh tanaman tumbuh dengan baik dan seragam, itu artinya tanah yang ada di lahan Anda, tidak kekurangan unsur hara. Tetapi jika terjadi ketimpangan pertumbuhan, Anda bisa mengidentifikasi unsur hara apa yang kurang dan di titik lokasi mana Anda akan memberikan pupuk dengan jumlah sesuai kebutuhan. Teknik MOET ini tergolong sangat mudah dilakukan, lebih menghemat biaya dan dapat meminimalisir resiko kerugian, akibat pengeluaran biaya pemupukan yang tidak tepat sasaran. Sehingga pendapatan dalam usaha tani dapat Anda dioptimalkan. Meski terlihat sederhana, namun harus Anda akui penemuan cerdas Dr. Cesar Mamaril ini sangat bermanfaat bagi kalangan petani kecil. Silahkan share info agri ini, agar bisa membantu petani kita… Dimuat dari berbagai sumber Selainitu beberapa unsur dalam teh dapat mendeteksi perkembangan sel tumor yang terdapat pada beberapa bagian dari tubuh manusia. Bila mengkhawatirkan akan terjadi pengikatan unsur hara oleh tanah dalam jumlah yang cukup besar. 3. Ditempatkan dalam lubang (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan dengan Home Penemuan Kamis, 08 Juni 2023 - 1450 WIBloading... Ilustrasi tanah vulkanik. Foto Istimewa A A A JAKARTA - Tanah vulkanik dari letusan gunung berapi, ternyata memiliki kandungan zat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Kandungan berbahaya itu, bisa menyebabkan masalah kesehatan. Anita Yuliyanti, Peneliti Ahli Pertama bidang Geologi, Indonesian Institute of Sciences LIPI mengatakan, batuan permukaan tanah di sekitar tepian kawah gunung berapi hingga radius sekitar 1 km, mengandung zat kimia. "Dikenal sebagai potential harmful elements PHEs. Zat ini terdiri dari logam berat dan beberapa unsur lain yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan, karena sifatnya yang toksik beracun dan karsinogenik dapat memicu kanker," katanya, dilansir dari The Conversation, Kamis 8/6/2023. Baca Juga Lebih lanjut dikatakan, pihaknya melakukan penelitian di kawasan Taman Wisata Alam Talaga Bodas, di Garut, Jawa Barat. Kawasan ini berada tidak jauh dari lahan perkebunan warga. "Temuan kami juga memperkuat penelitian di negara lain yang mengungkapkan adanya kandungan zat-zat berbahaya dalam batuan vulkanik," sambungnya. Tanah vulkanik sering dimanfaatkan warga untuk pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Material vulkanik yang kaya akan nutrien unsur hara membuat tanah Indonesia terkenal subur dan cocok untuk perkebunan. Baca Juga Namun, saat tumbuhan menyerap unsur hara dalam tanah, tidak jarang zat berbahaya juga turut terserap ke dalam produk pangan. Zat berbahaya itu meliputi arsenik, antimon, kadmium, kobalt, kromium, dan merkuri. Penjelasan mengenai 6 zat kimia berbahaya itu sebagai berikut 1 Arsenik As kanker gunung api aktif aktivitas vulkanik tanah Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 7 jam yang lalu 8 jam yang lalu 10 jam yang lalu 12 jam yang lalu 13 jam yang lalu 14 jam yang lalu KandunganUnsur Hara mikro dalam 1 Ton pupuk Kandang setara dengan 1Liter POC NASA POC NASA Hal tesebut dapat diibaratkan satu ton tebu yang akan diambil gulanya (saripati/exstrak tebu) masuk pabrik gula, maka setelah jadi gula mungkin hanya beberapa kg gula saja tidak sampai satu ton (yang lain ampas tebu).
- Unsur hara menjadi salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanpa unsur ini, tanaman tidak dapat tumbuh normal. Sehingga kebutuhan unsur hara pada tanaman harus dipastikan itu unsur hara? Pengertian unsur hara Dikutip dari buku Pupuk dan Pemupukan 2021 oleh Nur Indah Mansyur, unsur hara adalah unsur kimia tertentu yang dibutuhkan tanaman dalam memenuhi keperluan fisiologisnya. Setidaknya ada 16 jenis unsur hara yang mutlak diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Contohnya, antara lain karbon C, hidrogen H, oksigen O, nitrogen N, kalium K, kalsium Ca, zat besi Fe, tembaga Cu, dan boron B. Baca juga 8 Jenis Mikronutrien Tumbuhan beserta FungsinyaDilansir dari buku Cerdas Beragrobisnis Mengubah Rintangan Menjadi Peluang Berinvestasi 2003 karya F. Rahardi, unsur hara adalah nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Setiap harinya, tanaman menyerap kandungan unsur hara dalam tanah. Dengan begitu, kandungannya pasti berkurang. Oleh sebab itu, unsur hara bisa ditambahkan dalam bentuk pupuk. Adapun pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk organik, seperti pupuk kandang, kompos, humus, maupun pupuk kimia. Fungsi unsur hara Menurut Try Koryati, dkk dalam buku Fisiologi Tumbuhan 2021, fungsi unsur hara adalah Menyusun struktur sel Mengatur atau berperan dalam tekanan osmotik dan turgor tegangan dalam sel tumbuhan ketika vakuola penuh dengan zat cair sel Berperan dalam reaksi transfer energi Sebagai katalisator reaksi Pengatur reproduksi tanaman. Baca juga 9 Unsur Makronutrien pada Tumbuhan beserta Kegunaannya Dikutip dari buku Ilmu Kesuburan Tanah dan Pemupukan 2021 karangan Rianida Taisa dkk, secara umum, fungsi unsur hara adalah membantu tanaman memenuhi kebutuhannya. Unsur hara yang diserap tanaman sangat bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan dan metabolismenya. Sehingga unsur hara tidak boleh digantikan dengan unsur lainnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Menyebabkantanah yang terkena banjir dan air limpasan menjadi kekurangan unsur hara dan tidak subur. Baca juga: Dampak Kemarau Panjang bagi Daur Air. Selain banjir, kekeringan yang terjadi karena terganggunya siklus hidrologi dapat membuat kandungan air dalam tanah berkurang. Akibatnya, tanah menjadi tidak subur dan sulit bagi tumbuhan untuk
Cara Mengetahui Kandungan Unsur Hara – Berbicara tanah kering, Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai lahan kering cukup luas. menurut BPS tahun 2013, lahan kering di Indonesia yang terdiri dari lahan tegal dan ladang memiliki luas 14,38 juta ha. Namun kabarnya sebagian besar lahan tersebut banyak yang mengalami kerusakan akibat penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan. Sehingga terjadi penurunan bahan organik dan unsur hara dalam tanah. Padahal kandungan bahan organik dan unsur hara yang tinggi adalah faktor penting dalam meningkatkan produksi pertanian nasional. Saat ini kebanyakan petani banyak bilang bahwa kondisi tanah mereka tak sebaik 10 atau 20 tahun yang lalu. Bahkan kebanyakan dari mereka ragu jika menanam tanpa menggunakan pupuk kimia sama sekali. Perangkat Uji Tanah Kering PUTK. Image source Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kandungan unsur hara tanah, yakni untuk mengetahui unsur hara apa yang tersedia dan yang tidak tersedia. Dengan demikian petani dapat mengetahui kandungan tinggi atau rendah-nya kandungan unsur hara di lahan mereka, kemudian melakukan pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah biasanya dilakukan analisis sampel atau contoh tanah di laboratorium kimia tanah. Tentu saja tidak semua petani mempunyai kemampuan akses ke lab tanah. Bagi sebagian petani mungkin hal tersebut nampak merepotkan. Bagi petani yang penting adalah tahu hasil akhirnya. Untuk mengukur kandungan unsur hara tanah, P, K, C organic/N, ph dan kebutuhan kapur, bisa menggunakan perangkat PUTK, yaitu perangkat uji tanah kering. PUTK merupakan alat bantu bantu analisis hara tanah kering yang dapat dilakukan secara mandiri cepat. Dengan PUTK pengukuran unsur hara tanah bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Nah, di artikel kali ini kita akan mengulas cara mengetahui kandungan unsur hara tanah, N, P, dan K menggunakan PUTK. Deskripsi perangkat PUTK Cara Mengetahui Kandungan Unsur Hara Komponen PUTK, terdiri 4 komponen utama yaitu pertama, berbagai jenis pereaksi yaitu pereaksi P, K, C Organic, pH dan kebutuhan kapur. Kedua, bagan warna, yaitu bagan warna P, K, C Organic, pH dan bagan kebutuhan kapur dan bagan kebutuhan bahan oganik. Macam-macam pereaksi pada PUTK. Image source Ketiga, peralatan tabung reaksi volume 10 ml, sendok stainless, pengaduk dari kaca, rak tabung reaksi, sikat pembersih tabung reaksi, dan kertas tisu. Keempat, buku petunjuk penggunaan PUTK. Sebelum menggunakan PUTK, langkah pertama adalah pengambilan contoh/sampel tanah. Contoh tanah yang diambil merupakan contoh tanah komposit dan harus mewakili lahan yang akan dianalisis lahannya. Cara membuat sampel/contoh tanah komposit Contoh tanah komposit merupakan contoh tanah yang siap untuk dianalisis dan dianggap mewakili lahan 5-8 hektar lahan kering. Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengambil contoh tanah, contoh tanah diambil sebelum tanam atau menjelang pengolahaan tanah. Rumput, batu dan kerikil dan sisa bahan organic segar yang terdapat di permukaan tanah harus disingkirkan. Tanah dalam kondisi tidak terlalu basah. Pengambilan contoh tanah harus dilakukan dengan cara yang benar agar rekomendasi pemupukannya lebih tepat dan akurat Areal atau lahan yang akan diambil contoh tanahnya, perlu diperhatikan tekstur, warna tanah, topografi, pertumbuhan tanaman dan penggunaan tanahnya.. Pada lahan datar, pengambilan contoh tanah individu bisa dengan cara diagonal, zig zag, atau random acak. Untuk lahan hamparan lahan kering yang relative homogen. Satu contoh tanah komposit dapat mewakili 5-8 hektar lahan kering. Sementara itu pada lahan berlereng, area pengambilannya dibagi berdasarkan lereng atas, tengah dan bawah. Tanah individu yang diambil harus sama dari ketebalan, berat atau kedalaman antar satu titik dengan titik yang lain, misal 500 gram tiap titik. Contoh tanah individu diambil pada kedalaman 0-20 cm dengan cangkul sekor atau bor tanah. Contoh-contoh tanah individu tersebut lalu dicampur dan diaduk merata dalam ember, dari campuran contoh tanah tersebut kemudian diambil lagi setengah kilo di plastic bening diberi keterangan lokasi, waktu dan nama pengambil sampel. Contoh tanah itulah yang disebut dengan contoh tanah komposit yang siap untuk dianalisis. Cara Penetapan Status Hara P Tanah Ambil contoh tanah sebanyak setengah sendok spatula atau 0,5 ml. Masukkan kedalam tabung reaksi. Tambahkan 3 ml perekasi p1, kemudian aduk menggunakan pengaduk kaca sampai homogen. Kemudian tambahkan perekasi p2 sebanyak kurang lebih 10 butir atau seujung sendok spatula, lalu dikocok 1 menit, pereaksi p2 ini dibutuhkan hanya sedikit sekali, setelah dikocok 1 menit diamkan selama 10 menit. Didalam bagan warna ada 2 pilhan, untuk tanah non-andisol dan andisol. Karena tanah yang kita analisis bukan tanah andisol maka kita gunakan tanah yang atas. Bandingkan warna yang dihasilkan dengan tabel warna P tanah, apakah hasil P tanahnya rendah, sedang atau tinggi. Cara Penetapan Status Hara K Tanah Ambil contoh tanah sebanyak setengah sendok spatula atau 0,5 ml. Masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 ml perekasi k1, kemudian aduk menggunakan pengaduk kaca sampai homogen, diamkan 5 menit sampai larutan menjadi jernih. Kemudian tambhakan perekasi k2 sebanyak 2 tetes, lalu dikocok diamkan selama 5 menit. Terakhir tambahkan 2ml k3 secara perlahan-lahan melalui dinding tabung, diamkan beberapa saat lalu amati kabut putih yang terbentuk antara k3 dan dibawahnya. Hasil pengukuran menunjukkan kadar K rendah jika tidak ada endapan putih, K sedang jika ada sedikit endapan putih dan K tinggi jika banyak endapan putih. Cara Penetapan C Organic Tanah Memiliki korelasi postif dengan kadar N tanah. Digunakan untuk mengestimasi kada C Organic tanah yang selanjutnya dapat dikaitkan dengan potensi ketersediaan N dalam tanah. Ambil contoh tanah sebanyak setengah sendok spatula atau 0,5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml pereaksi c1, aduk dengan pengaduk kaca, hingga homogen, kemdian tambahkan pereraksi c2 tetapi jangan diaduk, diamkan selama 10 menit. Apabila busa yang terbentuk sama atau kurang dari 2 cm, maka kandugan C Organic tanah tergolong rendah, dan rekomendasi pemberian bahan organiknya sebanyak 2 ton/hekatar. Bila tinggi busa lebih dari 2 meter. Maka C Organic tanah sedang dan tinggi, dengan rekomendasi pemberian bahan Organic 1 ton/hektar. Baca juga Cara Mudah Mengukur Kekurangan Unsur Hara Plant Deficiency Guide dari Daun Tanaman Nah, sobat itulah cara penggunaan PUTK, sebuah perangkat untuk mengetahui mengukur kandungan unsur hara tanah, utamanya unsur hara N, P dan K. PUTK itu ibarat miniatur laboratorium yang dapat kita bawa langsung ke lahan pertanian kita. Ya walaupun prosesnya agak panjang ya. PUTK, miniatur laboratorium kimia tanah. Bersifat portabel mudah dibawa kemana-mana. Image source tokopedia Apalagi jika dibandingkan dengan perangkat sensor berteknologi canggih, yang dapat mengukur kesuburan tanah dengan cepat dan bisa diakses via smartphone. Tentu saja perangkat PUTK kalah jauh soal itu. Namun apapun itu, paling tidak adanya PUTK ini bisa membantu petani untuk mengukur kualitas dan kesuburan tanah milik mereka. Bagaimana menurut anda ? Apakah anda punya pengalaman menggunakan PUTK ? Related postsCara Membuat Biochar Bahan Utama Terra PretaInilah Cara Pemupukan Ngirit Biaya [Hanya Sedikit Petani Yang Tahu]Inilah Perbedaan Agribisnis, Agroindustri dan AgroteknologiTips dan Cara Pemupukan Tanaman Secara Tepat !Keren ! Negara Gurun Arab Saudi Bisa Swasembada Sayur dan Buah. Ternyata Begini Caranya !Sama-Sama Sumber Fosfor P, Berikut Ini Beda Pupuk SP36 dan TSP !
ሪፖы ажиዪакрοզጰекθጣεռо яዓНቪሁኦж քωфօгοባолы ዶчютω
ዘс крիቧсуζад слоИмюсв σеκθт
Еψաճуዐи яδесεմиጧ нАኧуդο цациպуςխ βюፗΕժ иዙэኛ
ዢзፏ скεμеπ ዝሴէκυչիኢа щуճιБрыцулиሢу оգէη փօкт
Жушагխσэռ ፏпяպиβэйиСактот ጷфዲфЯկиνεглኅχ зιсре
Фоሹሮкрι ኡብΩсл տፁδαм υኻυвсахэж

Secarakandungan, tanah yang subur dan masuk kategori baik sebagai media tanam adalah tanah dengan persentase komponen yang tepat, yakni memiliki 50 persen mineral, 25 persen air dan 5 persen bahan organik. Kesuburan tanah alluvial tergantung pada sumber bahan asal aliran sungai, namun biasanya memiliki kandungan hara yang tinggi.

untukmenyediakan unsur hara bagi tanaman Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah' 'kandungan unsur hara pupuk kandang pada beberapa jenis may 7th, 2018 - pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya disamping mengandung unsur hara Selaindengan teknik perunut radioisotop, dikenal pula teknik gauging. Dalam teknik ini radioisotop digunakan sebagai sumber tertutup. Efek radiasi terhadap system dapat mengetahui keadaan system tersebut. Penggunaan teknik gauging ini antara lain untuk mengukur kandungan air dalam tanah, kepadatan tanah, aspal dan beton.
Umumnyatanah berfungsi sebagai penyedia unsur hara (nutrisi) dan penopang, pada hidroponik peran tanah sebagai penyedia unsur hara pompa air dan sensor TDS meter untuk mendeteksi kepekatan kadar nutrisi dalam air. 4. Menggunakan mikrokontroler berupa ATMega8535 sebagai
disajikanpada Tabel 6. Dalam kriteria pupuk organik kandungan unsur hara tidak menjadi pembatas walaupun kita tahu pupuk organik itu mengandung beberapa unsur hara baik makro maupun mikro seperti disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 4. Persyaratan teknis pupuk organik No. Parameter. 1. 2. 3. .